Lanskap Tematik

Tema Kolonial

Oleh Luthfi Nur Ilman dan Kartika Handayani; Terbit Pertama Kali 24 Juni 2024

Pendahuluan

Desain lanskap dengan tema kolonial mencerminkan gaya arsitektur dan tata ruang yang berkembang selama era kolonial, terutama pada abad ke-17 hingga abad ke-19. Gaya ini memadukan elemen-elemen Eropa dengan karakteristik lokal di wilayah koloni, menghasilkan estetika yang kaya dan beragam. Lanskap kolonial biasanya mencerminkan kekayaan dan kekuasaan, serta menghadirkan kesan keanggunan dan keindahan yang abadi.

Bagian 1: Asal Usul

Pada abad ke-17 dan ke-18, desain lanskap kolonial di Amerika Serikat dan Karibia didominasi oleh taman formal dengan pengaruh Eropa, seperti taman Inggris dan Prancis. Pada abad ke-19, desain lanskap kolonial mulai mengintegrasikan lebih banyak elemen lokal, seperti tanaman asli dan tata ruang yang lebih sesuai dengan iklim tropis atau subtropis. Di Asia Tenggara, seperti Indonesia, gaya kolonial Belanda mencerminkan pengaruh taman-taman Eropa yang dipadukan dengan tanaman tropis dan struktur tradisional.

Bagian 2: Sejarah Singkat

Tema kolonial dalam desain lanskap mengacu pada gaya yang muncul selama masa penjajahan bangsa Eropa di berbagai wilayah di dunia, khususnya pada abad ke-17 hingga ke-19. Pada masa itu, bangsa Eropa seperti Belanda, Inggris, Spanyol, dan Portugal menjajah wilayah-wilayah di Amerika, Asia, Afrika, dan Pasifik. Mereka membawa serta tidak hanya kekuasaan politik dan ekonomi, tetapi juga gaya arsitektur, seni taman, dan tata kota mereka.

Desain lanskap kolonial mencerminkan pengaruh kuat dari arsitektur Eropa pada saat itu, yang sering kali didominasi oleh taman-taman formal dengan simetri yang ketat, patung-patung klasik, dan struktur air seperti kolam dan air mancur.

Tema ini juga memperkenalkan tanaman-tanaman eksotis dari berbagai benua yang dianggap mewah dan eksklusif di Eropa pada masa itu, seperti plumeria, bougainvillea, dan pohon-pohon palm.

Tema kolonial tidak hanya tentang estetika, desain lanskap ini juga mencerminkan dinamika kekuasaan, adaptasi budaya, dan interaksi antara bangsa-bangsa yang berbeda. Intinya, desain lanskap kolonial ini campur aduk antara gaya Eropa dengan sentuhan lokal di tempat jajahan mereka.1

Bagian 3: Detail-Detail Menarik

Banyak taman kolonial yang menonjolkan simetri dan keteraturan dalam penataan tanaman dan elemen keras, seperti jalan setapak dan pagar. Meskipun begitu, di Asia Tenggara, seperti Indonesia, gaya kolonial Belanda dipadukan dengan tanaman tropis dan struktur tradisional. Rumah atau bangunan bergaya kolonial sering menjadi fokus utama. Air sering digunakan sebagai elemen penting dalam desain kolonial, baik berupa kolam, air mancur, maupun kanal.

Penggunaan tanaman eksotis yang dibawa dari negara asal penjajah dan tanaman lokal menciptakan perpaduan yang menarik dari tema ini. Dengan demikian, tema Kolonial tidak hanya menjadi ruang hijau yang indah, tetapi juga sebuah perpaduan antara zaman Belanda dan dan kehidupan di Indonesia.

Bagian 4: Penataan Tanaman

Dalam desain lanskap kolonial, tanaman dipilih dan ditata untuk menciptakan kesan elegan dan teratur. Tanaman ditata dengan pola simetris dan geometris, biasanya membentuk parterre atau taman formal. Namun, masih terdapat sentuhan tropis dalam tema ini. Tanaman yang digunakan berbagai ukuran untuk menciptakan lapisan dan kedalaman visual. Selain itu, memanfaatkan warna dan tekstur daun serta bunga untuk menambah daya tarik visual2.

Bagian 5: Tanaman yang Cocok

Beberapa tanaman yang cocok untuk lanskap dengan tema kolonial pada umumnya bunga berwarna cerah, ukuran bunga besar dan tumbuh subur di iklim tropis. Untuk kategori pohon, contohnya Pohon Kamboja Bali dengan bunga harumnya atau Cemara Laut yang memiliki daun jarum memberikan kesan formal. Semak, seperti Bougainvillea atau Kacapiring memberikan warna yang beragam. Tanaman penutup tanah, seperti Lili Hujan dan Kucai mini dapat menarik perhatian.

Rumput, seperti Rumput Bermuda atau Rumput Gajah Mini dapat digunakan untuk area lapang atau sebagai aksen hijau yang menyegarkan.

Tanaman-tanaman yang dipilih harus tahan terhadap iklim setempat dan mudah dirawat. Pemilihan tanaman-tanaman ini akan membantu menciptakan atmosfer yang khas dan menghidupkan tema kolonial dalam desain lanskap kamu.

Bagian 6: Lokasi Bisnis yang Cocok

Tema ini cocok digunakan dalam taman pada bisnis yang menawarkan estetika yang klasik dan elegan, antara lain:

(1) Hotel dan Resor: Menciptakan suasana elegan dan klasik yang menarik bagi wisatawan.

(2) Restoran dan Kafe: Menambah daya tarik visual dan atmosfer yang nyaman bagi pelanggan.

(3) Pusat Perbelanjaan: Memberikan pengalaman belanja yang unik dengan suasana taman kolonial.

(4) Perumahan: Menyediakan lingkungan yang indah dan teratur untuk penghuni.

Dengan penataan tanaman yang tepat dan elemen desain yang dipilih dengan cermat, tema kolonial dapat menghadirkan pesona yang tak lekang oleh waktu di berbagai lokasi bisnis karena tema ini menggabungkan warisan budaya dengan keindahan alam.

Hotel dan Resort dengan Tema Kolonial (magesticcolonialresort.com)
Pusat Perbelanjaan (pinterest,com)
Restoran dengan tema Kolonial (pinterest.com)
Perumahan (houzz.com)

Bagian 7: Trivia!

Berikut adalah beberapa fakta menarik tentang tema kolonial yang mungkin baru kamu tau:

(1) Pengaruh Budaya Lokal: Beberapa lanskap kolonial sering terpengaruh oleh budaya lokal. Terlihat dalam pilihan tanaman, penggunaan tekstil tradisional, atau motif arsitektur yang diadaptasi.

(2) Simetri dan Keteraturan: Taman kolonial cenderung menonjolkan simetri dan keteraturan yang kuat dalam tata letak tanaman dan elemen kerasnya. Hal ini mencerminkan ketertiban dan kontrol yang dijunjung tinggi oleh penjajah Eropa.

(3) Arsitektur Adaptif: Di beberapa koloni, arsitektur kolonial diadaptasi agar sesuai dengan iklim setempat. Misalnya, rumah-rumah kolonial di India dan Asia Tenggara memiliki veranda besar dan atap tinggi untuk membantu menghadapi panas tropis.

(4) Simbol yang Bermakna: Bunga-bunga tertentu dalam tema Kolonial biasanya memiliki makna simbolis. Misalnya, Kamboja (Plumeria) di Karibia sering ditemukan di dekat makam sebagai lambang kesucian dan kedamaian.

(5) Simbol Kekuasaan: Lanskap kolonial sering digunakan untuk memperkuat simbolisme kekuasaan. Taman-taman dan tata ruang kota dibangun untuk menunjukkan dominasi politik dan budaya penjajah.

(6) Penggunaan Air dalam Desain: Penggunaan air ini tidak hanya berfungsi estetis tetapi juga sebagai sumber pendingin udara di lingkungan tropis dan memberikan kesan anggun dan menyegarkan.

Ringkasan

Tema kolonial mencerminkan gaya taman dan tata ruang yang berkembang selama era kolonial, memadukan elemen-elemen Eropa dengan karakteristik lokal. Gaya ini menonjolkan simetri, keteraturan, serta elemen air, dan menggabungkan tanaman eksotis yang dibawa oleh penjajah dengan tanaman lokal.
Dalam tema kolonial, tanaman dipilih dan ditata untuk menciptakan kesan elegan dan teratur. Tanaman ditata dengan pola simetris dan geometris, namun, masih terdapat sentuhan tropis dalam tema ini.
Lokasi bisnis yang cocok untuk menerapkan tema kolonial dalam desain lanskap meliputi hotel dan resor, restoran dan kafe, pusat perbelanjaan, dan perumahan mewah. Tempat-tempat ini dapat memanfaatkan estetika klasik dan elegan dari tema kolonial untuk menciptakan lingkungan yang menarik dan nyaman bagi pengunjung.

Referensi

  1. Fairclough, G. & Rippon, S. (Eds.). (2002). Europe’s Cultural Landscape: Archaeologists and the Management of Change. EAC Occasional Paper No. 2. Europae Archaeologia Consilium. ↩︎
  2. Hunt, J. D. (2000). Greater Perfections: The Practice of Garden Theory. University of Pennsylvania Press. ↩︎

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top