Lanskap Tematik

Tema Primitif

Oleh Luthfi Nur Ilman dan Kartika Handayani; Terbit Pertama Kali 24 Juni 2024

Tema Primitif (pinterest.com)

Pendahuluan

Tema primitif dalam desain lanskap terinspirasi dari alam liar dan kebudayaan kuno yang memanfaatkan elemen-elemen alami untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan organik. Lanskap primitif menggabungkan keindahan alam dengan elemen-elemen desain sederhana yang mencerminkan kehidupan manusia pada masa prasejarah dan kebudayaan tradisional.

Bagian 1: Asal Usul

Desain lanskap primitif mulai dikenal sebagai gaya desain pada awal abad ke-20 ketika para desainer dan arsitek mulai mengeksplorasi cara-cara baru untuk menggabungkan keindahan alam ke dalam lingkungan buatan manusia. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, gerakan back-to-nature dan hippie juga berkontribusi pada popularitas tema primitif. Mereka mengusung kehidupan yang lebih dekat dengan alam dan menghargai kesederhanaan serta keberlanjutan.

Tema Primitif (kulturelcisi.com)

Bagian 2: Sejarah Singkat

Tema primitif dimulai dari era prasejarah ketika manusia pertama kali mulai memanipulasi lingkungan alam mereka untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan dasar. Pada masa itu, manusia purba membangun tempat tinggal dari bahan alami seperti kayu, batu, dan tanah liat, serta memanfaatkan flora dan fauna di sekitarnya. Gua-gua dan tempat perlindungan alami menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari.

Seiring waktu, kebudayaan-kebudayaan kuno di seluruh dunia mengembangkan praktik-praktik yang mengintegrasikan elemen alam ke dalam kehidupan mereka. Pada abad ke-20, desain lanskap primitif mulai mendapatkan perhatian sebagai sebuah gaya yang menggabungkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan estetika alami. Gerakan back-to-nature dan hippie pada tahun 1960-an dan 1970-an mendorong masyarakat untuk kembali menghargai alam dan mencari cara hidup yang lebih sederhana dan selaras dengan lingkungan.

Desainer lanskap mulai mengeksplorasi penggunaan bahan alami dan elemen tradisional untuk menciptakan ruang luar yang harmonis dan berkelanjutan, termasuk penggunaan tanaman lokal, jalur setapak berliku, dan struktur sederhana yang terinspirasi oleh tempat perlindungan prasejarah.

Saat ini, tema primitif dalam desain lanskap terus berkembang dan diterapkan di berbagai konteks, mulai dari taman kota hingga resort mewah. Pendekatan ini tidak hanya menawarkan solusi estetis yang unik tetapi juga mengedepankan keberlanjutan dan pelestarian lingkungan. Dengan menggabungkan prinsip-prinsip tradisional dan ekologi modern, desain lanskap primitif menciptakan ruang yang mengundang orang untuk terhubung kembali dengan alam dan memahami pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem1.

Bagian 3: Detail-Detail Menarik

Desain lanskap primitif identik dengan penggunaan bahan-bahan alami seperti batu, kayu, dan tanah liat dan dibiarkan dalam bentuk aslinya untuk mempertahankan keaslian dan keunikan mereka. Struktur seperti gubuk, gazebo, dan perapian luar ruangan dibuat dari bahan-bahan sederhana dan sering kali dirancang untuk terlihat seperti bagian dari alam sekitar.

Jalur setapak yang berliku-liku dan terbuat dari bahan alami seperti batu atau kerikil menambah kesan alami dan organik pada desain lanskap. Lanskap primitif mendukung keanekaragaman hayati dengan memanfaatkan tanaman lokal yang tahan terhadap kondisi lingkungan setempat. Ini juga membantu menjaga ekosistem alami.

Bagian 4: Penataan Tanaman

Penataan tanaman dalam desain lanskap primitif menggunakan pola yang tidak teratur dan alami, seolah-olah tumbuh secara alami tanpa campur tangan manusia. Tanaman ditanam dalam berbagai tingkat ketinggian untuk menciptakan lapisan vegetasi yang mirip dengan hutan alami. Tema ini menciptakan keanekaragaman hayati dan mendorong interaksi ekologis yang positif2.

Bagian 5: Tanaman yang Cocok

Beberapa jenis tanaman yang cocok untuk desain lanskap primitif antara lain: untuk kategori pohon besar, seperti oak, pohon pinus dan pohon kelapa.
Semak asli seperti semak belukar (Rhus spp.) dan semak berry (Rubus spp.). Tanaman penutup tanah seperti pakis, moss (Bryophyta), dan rumput liar. Dan bunga liar seperti bunga matahari, bunga liar lokal, dan bunga dandelion.

Memilih tanaman lokal yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat penting untuk memastikan keberlanjutan dan kemudahan perawatannya.

Bagian 6: Lokasi Bisnis yang Cocok

Tema primitif cocok diterapkan di berbagai lokasi bisnis yang ingin menonjolkan keindahan alam dan nuansa organik, antara lain:

(1) Resort dan Spa: Lokasi ini dapat memanfaatkan tema primitif untuk menciptakan suasana yang tenang dan alami, ideal untuk relaksasi dan rejuvenasi.

(2) Restoran: Restoran dengan tema primitif dapat menawarkan pengalaman makan yang unik dengan suasana alam yang asri dan bahan makanan organik.

(3) Taman Wisata Alam: Taman wisata yang mengusung tema primitif dapat memberikan edukasi kepada pengunjung tentang kehidupan alami dan pentingnya pelestarian lingkungan.

(4) Kafe dan Toko Buku: Kafe dan toko buku dengan desain lanskap primitif dapat menarik pengunjung yang mencari suasana nyaman dan inspiratif untuk membaca atau bekerja.

Dengan memanfaatkan elemen-elemen alami dan tradisional, desain lanskap primitif menciptakan lingkungan yang harmonis, organik, dan mendukung keberlanjutan. Gaya ini tidak hanya menyuguhkan estetika yang unik tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan dengan alam.

Resort bertema primitif
Primitive camping
Restoran (pinterest.com)
Kafe (pinterest.com)

Bagian 7: Trivia!

(1) Prasejarah. Banyak desain lanskap primitif terinspirasi dari gua dan tempat perlindungan prasejarah, contohnya Gua Lascaux di Prancis, yang terkenal dengan lukisan dinding prasejarahnya.

(2) Simbolisme Batu Besar. Batu besar sering digunakan dalam lanskap primitif untuk menciptakan struktur dan fokus visual, seperti Stonehenge di Inggris yang digunakan sebagai situs ritual dan astronomi.

(3) Material Alami dan Sederhana. Desain lanskap primitif cenderung menghindari penggunaan bahan modern dan lebih memilih bahan alami seperti kayu kasar, batu tidak diproses, dan tanaman liar.

(4) Elemen Air Alami. Air adalah elemen penting dalam desain lanskap primitif. Elemen air juga menarik satwa liar dan mendukung ekosistem alami.

(5) Kebudayaan Tradisional dan Mitos:
Banyak elemen dalam desain lanskap primitif yang terinspirasi oleh kebudayaan tradisional dan mitos. Misalnya, totem kayu dan ukiran batu yang digunakan oleh suku asli Amerika.

(6) Keterhubungan dengan Alam. Dengan menciptakan lingkungan yang lebih alami dan organik, orang dapat merasakan kedamaian dan ketenangan yang sering hilang dalam kehidupan modern.

Ringkasan

Tema primitif dalam desain lanskap terinspirasi oleh kehidupan manusia prasejarah dan kebudayaan tradisional, yang mengutamakan harmoni dengan alam. Gaya ini menggabungkan elemen-elemen alami seperti batu, kayu, dan tanaman liar, serta menekankan keberlanjutan dan estetika organik. Desain lanskap primitif menciptakan lingkungan yang sederhana namun memikat, meniru keindahan dan keanekaragaman alam.
Penataan tanaman dalam lanskap primitif melibatkan penggunaan tanaman lokal dan polikultur untuk mendukung keanekaragaman hayati. Prinsip stratifikasi diterapkan dengan menanam tanaman pada berbagai tingkat ketinggian untuk menciptakan lapisan vegetasi alami. Jalur setapak berliku yang terbuat dari bahan alami seperti batu dan kerikil digunakan untuk menciptakan pengalaman berjalan yang lebih dinamis dan natural.
Desain lanskap primitif sering menggunakan struktur sederhana dan elemen alam yang tidak diproses, seperti batu besar dan kayu kasar. Keberadaan elemen air alami, seperti kolam dan aliran sungai kecil, menambah kesejukan dan ketenangan. Gaya ini cocok untuk lokasi bisnis seperti resort dan spa, restoran, taman wisata alam, kafe, dan toko buku, yang ingin menawarkan suasana alami dan autentik, serta menarik pengunjung yang mencari kedamaian dan keterhubungan dengan alam.

Referensi

  1. Clottes, J., & Lewis-Williams, D. (1998). The Shamans of Prehistory: Trance and Magic in the Painted Caves. Harry N. Abrams. ↩︎
  2. Kingsbury, N., & Oudolf, P. (2013). Planting: A New Perspective. Timber Press. ↩︎

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top